1:16 am

Tahun baru bagaimana yang Aubrey harapkan? Uhm, yang jelas harus bersama Mark Lee.

Menyambut tahun 2018 yang lalu Aubrey masih melihat Mark duduk di hadapannya memakan masakan Ibu mereka. Aubrey terus tersenyum sepanjang malam karena untuk pertama kalinya setelah kelulusan Mark dari sekolah dasar saat di Canada dulu, Mark menatap hangat pada Ibu dan Ayahnya.

Aubrey tahu tahun 2017 adalah tahun terburuk keluarganya. Ayah kecelakaan, terlibat kasus pembunuhan sampai harus menghadiri beberapa sidang melelahkan. Speak of the fact, kasus itu hanya jebakan dan Ayah mereka bebas setelahnya. Namun semenjak itu pula keadaan keluarga terjun bebas. Perusahaan Ayah kehilangan kepercayaan, banyak yang memusuhi Audrey di sekolah termasuk Mark yang bahkan sudah dibenci satu sekolahnya.

Ah jangankan dibenci, sempat beredar gosip murahan bahwa Mark hanya anak angkat. Yang benar saja? Untung saja Aubrey tidak mengetahuinya, Mark menjamin semua mulut itu bungkam di hadapan adiknya.

Anak angkat katanya? Haha, lucu sekali pikirnya.

Karena hal tersebut seratus persen yang Mark pikirkan.

Malam itu Mark jelas masih merasa bahwa rumah adalah tempat teraman baginya. Mark mungkin lebih banyak diam dan mengurung semua pikirannya mengenai keluarga kecil mereka.

Mark mungkin tidak memiliki pandangan seteduh Aubrey yang gadis itu berikan kepada siapapun manusia di bumi ini. Termasuk pada Mark yang lebih sering menyusahkannya dibanding menjadi kakak yang baik.

Terlepas dari hubungan darah Mark dan Aubrey, entah itu fakta atau memang Mark bukan kakak kandung Aubrey, yang kelas Mark hanya tahu hidupnya untuk Aubrey. Ia rela bertaruh nyawa demi adiknya itu. Aubrey segalanya bagi Mark.

Kesunyian malam tahun baru pada satu tahun yang lalu kembali terngiang di indera pendengaran Aubrey. Pasalnya, malam ini tidak ada Mark Lee lagi di hadapannya saat ini.

Makan malam sudah terlewat, tidak ada kembang api di sekitar perumahannya, sudah waktunya anak-anak istirahat sementara para orang dewasa di bawah sana menenggak minuman dan membakar daging-daging berlemak.

Tentunya tidak dilakukan kedua orang tua Aubrey. Ayah dan Ibu memilih untuk mengantar Aubrey kembali ke tempat tidurnya, menyelimuti gadis satu-satunya, mematikan lampu dan terakhir memastikan gadisnya sudah nyaman malam ini.

Sayangnya tidak. Aubrey tidak melihat Mark malam ini dan itu sebuah kesalahan besar baginya. Meskipun pada hari biasanya Aubrey akan tertidur sebelum pukul sebelas malam, atau setidaknya berpura-pura tertidur sampai dirinya dapat merasakan kehadiran Mark.

Mark Lee yang memastikan Aubrey masih dalam wujud yang sama setiap malamnya. Atau Mark Lee yang diam-diam masuk ke dalam kamarnya di sebelah kamar Aubrey untuk sekadar mengambil beberapa baju kemudian pergi lagi meninggalkan rumah.

Aubrey tak habis pikir bagaimana keluarganya tak acuh atas perlakuan Mark yang semakin menarik diri dari dunia yang seharusnya kakaknya itu rasakan. Oh tidak, mungkin lebih tepatnya Ibuanya yang selalu tak acuh akan kabar Mark, keberadaan Mark, apakah anak itu makan atau tidak, pergi ke sekolah atau tidak, Ibunya tidak pernah bertanya atau bahkan mau tahu.

Soal Ayah, nasib keluarga Lee memang seperti di ujung tanduk kehancuran. Ayah mereka kembali terseret skandal lain. Tidak, beliau bukan tersangka, hanya seorang saksi yang menjadi korban aksi penembakan oleh tersangka dimana kasusnya ia terlibat.

Bagaimana kabarnya? Terbaring lemah di atas ranjang dengan berbagai alat menancap di tubuhnya. Sudah tujuh bulan beliau koma dan sudah tujuh bulan pula Mark jarang pulang ke rumah. Bahkan Aubrey tidak pernah menemukan batang hidung kakaknya itu di rumah sakit ketika gadis itu menjenguk Ayahnya. Rasanya Aubrey mau membenci Mark karena ia tahy bagaimana Ayah mereka sangat menyayangi keduanya, bagaimana Ayah mereka memastikan Mark pulang dan baik-baik saja meskipun kakaknya itu lebih sering membantah dan masa bodo.

Namun sekali lagi Aubrey bungkam. Mark Lee tidak salah.

Justru Aubrey yang salah. Kalau saja Aubrey tidak satu sekolah dengan Mark, kakaknya itu mungkin tidak akan menjalani hidup yang seperti ini.

Sudah tahun 2019, perayaan sudah berakhir. Aubrey masih terdiam di atas tempat tidurnya, menatap langit dari balik jendela kamarnya. Tahun lalu Mark masih bersamanya di dalam kamar ini, menemani Audrey menghitung waktu sampai tahun berganti.

Bayangan Mark kembali tergambar di otaknya. Laki-laki dengan rahang tegas yang tersenyum manis malam itu mengatakan beberapa kalimat padanya, "Meski tahun sudah berganti, kau harus berjanji padaku untuk terus mengingatku bahkan ketika kau sudah tidak dapat mengenali berapa umurmu sendiri."

Aubrey jelas mengangguk, dengan semangat menautkan jari kelingking Mark dan miliknya. Aubrey menarik tangan kanan Mark paksa dan menautkan jarinya di sana.

Mark adalah bagian terbesar dalam hidupnya.

Untuk itu Aubrey masih terjaga sampai saat ini berharap bahwa Mark akan datang seperti malam sebelumnya dengan keadaan gadis itu tidak pura-pura tertidur.

Meski Mark merahasiakan keberadaannya bahkan kematiannya, Aubrey jelas tahu bahwa Mark masih di sekitarnya.

Pukul satu lebih enam belas menit dini hari, Aubrey menguap kecil dan menahan kepalanya agar tak jatuh.

"Mark, kau egois."

Tanpa sadar Aubrey terus bergumam. Mark Lee bodoh. Kenapa dia tidak datang?

"Harusnya kau datang seperti malam sebelumnya. Kau egois. Kau kakak yang jahat."

Aubrey mengetukkan jari jemarinya pada jendela yang membatasi dirinya dengan dunia luar. Ketukannya tak beraturan dan hanya ada keheningan di antaranya.

"Mark Lee, kalau kau tidak datang dalam hitungan ketiga aku akan tidur!"

Brakk

Gadis itu memukul jendela kamarnya keras. Merasa kesal karena hal konyol yang diucapkannya barusan.

Namun tetap saja Audrey menghitung dalam hati.

"Satu..."

"Dua..."

"Tiga?"

"Ah gila!"

Dimana Mark Lee? Aubrey memaki dirinya sendiri. Bodoh pikirnya.

Sejenak setelahbya Aubrey hendak menarik tirai penutup jendela kamarnya, namun gerakannta terhenti beberapa sekon yang membawa kepalanya untuk menengadah ke sisi kanan tubuhnya.

Senyuman merekah setelahnya tercetak di wajah gadis itu, setidaknya ia tidak menyesal telah menunggu selama ini.

"Kau datang?" cicitnya pelan, melihat sosok laki-laki di sisinya saat ini.

Bạn đang đọc truyện trên: TruyenTop.Vip