:: seharusnya ::
Apa yang harus aku lakukan di malam natal? Jungkook pergi bersama keluarga Ayahnya, aku tidak mau berdua dengan Kim Hana di rumah. Kakakku pasti akan menyuruhku bersih-bersih kamar.
Aku memakan makan malamku dengan malas. Membayangkan kakakku mengomel saja sudah membuat kepalaku pusing.
"Taehyung, kau ingin makan apa?"
"Apasaja asalkan jangan sup."
"Kenapa? Jungkook menyukai sup buatanku."
Tapi aku tidak.
"Kenapa kau malah balik bertanya?" Aku menatapnya malas. Ia menatapku sebentar sebelum membalas. "Yasudah, aku buatkan kare."
"Kare? Aku tidak mau."
Aku yakin Kim Hana sedang menahan emosinya. Jungkook tiba-tiba keluar dari kamarnya dengan pakaian sangat rapih. Huh enak sekali dia ada rencana malam ini.
Harusnya aku dan kakakku merayakan malam natal dengan keluarga. Seharusnya. Tapi orang tua kami masih berlibur di Eropa dan baru pulang besoknya.
"Sudahlah. Aku buatkan ramyun. Jangan mengeluh."
"Ramyun di malam natal? Kenapa tidak memesan makanan?"
"Yasudah, pesan saja. Jangan banyak-banyak, besok pagi Ibu akan datang."
"Wah, Ibu bawa makanan kan? Aku ingin makan masakan Ibu, punyamu membosankan."
Kakakku menghela napas. Sepertinya ia sedang banyak pikiran. Maksudku, tidak biasanya ia mengalah seperti ini. Memang sih, sejak putus hubungan dengan kekasihnya, kakakku jadi sering diam dan tak banyak bicara.
Ohiya kalau aku pesan makanan aku tetap dibuatkan ramyun kan?
"Cepat pesan makanannya selagi aku buatkan ramyun."
Bagus. Bersabarlah perut laparku.
Aku segera mengambil ponselku untuk memesan makanan. Aku berniat tidak membeli terlalu banyak. Hanya ayam dan cola. Kakakku pasti sedang bangkrut. Makanya ia membuat alasan Ibu akan datang. Dia kan tahu bagaimana perutku dan Jungkook yang bisa menampung banyak makanan.
"Hana-ya jangan lupa pakai daging ya!"
Asal kalian tahu, kakakku suka lupa memasukkan dagingnya. Entah kenapa.
"Hana-ya kau punya kimchi kan?"
Itu bagian terpenting kan? Aku berteriak memastikan. Aku masih mencoba menghubungi toko ayam langganan kami. Ohiya dia punya soda tidak ya? Kalau punya kan bisa beli yang lain.
"Hana-ya ada soda tidak?"
Tidak ada jawaban. Dari tadi kakakku malah diam. Yang aku dengar hanyalah bunyi aduan panci yang sepertinya disengaja. Huh dia marah?
"Hana-ya bagaimana jika besok pagi kau buatkan aku dan Jungkook nasi goreng?"
Aku membuka suara lagi. Teleponku belum diangkat. Mungkin sibuk karena malam natal. Argh perutku sudah keroncongan. Apalagi melihat Jungkook berkeliaran kesana kemari bersiap-siap akan pergi.
Pergi ya? Sepertinya aku melupakan sesuatu.
"Hana-ya ramyunnya sudah jadi? Aku lapar."
Aish apalagi? Kenapa aku malah mendenar bunyi ponsel kakakku berdering nyaring tapi tidak mendengar satu pun balasan darinya? Harusnya kakaku menjawab pertanyaan dan permintaanku. Aku kan benar-benar sudah lapar.
"Hana-ya--"
"DIAM KAU KIM TAEHYUNG!"
Ya Tuhan dia kembali. Maaf Hana-ya aku mengganggumu setiap hari. Ah andai semua perempuan seperti kakakku. Walaupun dia menyebalkan tapi dia sangat perhatian.
"Aku baru mau bilang kalau ada telepon."
Kakakku langsung keluar dari dapur dan mengambil ponselnya dari tanganku. Setelah melihat caller ID yang terpampang di layarnya, dia langsung berlari ke kamar.
Bagaimana dengan ramyunnya?!
"Aish menyebalkan."
Aku berjalan ke dapur dan kulihat Jungkook sedang melanjutkan masakan yang tertunda. Aku ikut membantunya agar cepat selesai.
Apa kakakku ada janji juga ya?
"Hyung, kenapa kau masih memakai kaos seperti ini? Kau tidak lupa janjimu dengan Cheonsa kan?"
Oh.
Iya.
Aku lupa.
Sungguh aku langsung berlari ke kamarku dan berganti pakaian. Gadis itu pasti sudah menunggu. Lupakan dengan ramyun dan ayam yang belum kupesan.
Aku tidak ingat kenapa aku bisa punya janji dengan gadis itu. Yang aku tahu kemarin Cheonsa terlihat sangat jengkel dan dia memaksaku menemaninya melihat kembang api dan pohon natal. Kakaknya sedang sibuk katanya dan dia kesal. Huh kenapa aku mau ya?
"Hana-ya! Aku pergi ya!"
Aku berteriak dari dalam kamar. Kamar kami bersebelahan jadi pasti ia mendengarnya. Dengan cepat aku berganti baju dan mencari mantelku.
"Kemana? Dengan siapa?"
Oh kembali lagi Kim Hana yang suka menginterogerasiku.
"Cheonsa, sudah ya dia sudah menunggu." Setelah mengucapkan itu aku segera berlari keluar dan menaiki sepedaku. Masa bodo dengan cuaca dingin. Aku tidak punya uang untuk naik kendaraan lainnya selain sepeda.
***
"Ayo semangat! Kau pasti bisa!"
"Ya! Taehyung ambilkan yang warna biru bukan yang hijau!"
Kalian tahu apa yang aku dan Cheonsa lakukan sekarang? Mengambil boneka berwarna biru dari sebuah mesin dan Cheonsa berteriak di sampingku.
Sudah percobaan yang kesembilan dan aku malah salah mengambilnya. Lagi. Aku hanya satu kali meleset dan sisanya delapan boneka sudah ada di tangan Cheonsa. Tapi Cheonsa ingin boneka penguin dan aku selalu salah mengambilnya.
Oke ini yang terakhir.
"Cheonsa, berikan koinmu."
"Kalau kau ambil koinku nanti bagaimana kita berfoto?"
Ah ya, Cheonsa menyimpan koin miliknya untuk berfoto. Dan aku menghabiskan koinku untuk mengambilkan boneka untuk Cheonsa. Oh sungguh aku kekasih yang baik bukan?
Sebenarnya aku menyisakan koinku untuk bermain mainan yang lain, tapi yasudahlah.
Aku mengeluarkan koin simpananku, sisa lima. Aku mengambilnya dan memasukkan koin itu ke mesinnya. Dengan hati-hati kugerakkan lempengan besi yang digunakan untuk mencapit bonekanya.
"Cheonsa jangan teriak aku sedang fokus."
Cheonsa menurut. Ia ikut membungkukkan badannya di sampingku dan serius menatap arah gerak besi itu. Aku tertawa dalam hati melihatnya. Cheonsa sangat manis. Ya Tuhan kenapa aku begini?
"KAU DAPAT TAE!"
Ketika boneka itu sampai di tempatnya dan jatuh ke bawah Cheonsa melompat girang. Aku tertawa lagi. Untuk yang kesekian kali aku sudah tertawa malam ini. Ternyata tidak buruk juga menghabiskan malam natal bersama Cheonsa. Gadis itu terlihat sangat manis dan tidak cerewet seperti di sekolah.
Aku mengambil boneka penguin yang akhirnya aku dapatkan itu dan kuberikan pada Cheonsa. Namun ketika Cheonsa mengambil boneka itu dari tanganku, rasanya aneh sekali. Seperti ada sengatan listrik yang menjalari tubuhku ketika tangan Cheonsa tak sengaja menyentuh jariku.
Cheonsa masih mengembangkan senyumnya. Boneka yang sebelumnya ia dapatkan berseralan di lantai dan ia memeluk boneka penguinnya. Ia seperti anak kecil sungguh tapi Cheonsa yang seperti itu kenapa sangat menggemaskan?
Karena canggung aku langsung memunguti boneka-boneka lainnya. Kulihat Cheonsa sudah segera akan beranjak pergi lagi seraya berbicara. "Ayo Tae, kita foto dulu sebelum lihat kembang api!"
Entah kenapa kata-kata yang terucap dari bibir Cheonsa terdengar seperti sebuah mantera yang membuatku turut ikut bersamanya.
Yang aku baru sadari adalah, dengan Cheonsa aku merasa sangat nyaman. Dengan Cheonsa aku merasakan kehangatan yang tak pernah aku rasakan lagi semenjak aku kehilangan sahabatku dan juga ingatanku.
Satu hari setelah malam tahun baru ya? Maafkan aku, Cheonsa.
❀ psychoxls 13 Jan '17 ❀
Bạn đang đọc truyện trên: TruyenTop.Vip