00

13 Januari 2016

Namanya Rama. Sudah, sesingkat itu namanya, juga ucapannya. Satu kata yang mampu mendeskripsikan semua kepribadian dan sifat Rama, irit.

Rama tidak suka bicara panjang lebar, ia lebih suka menjawab dengan singkat, padat, namun jelas.

Seperti saat ini, di ruang kelas dua belas bahasa satu. Semua anak kelas yang terbilang sangat ramai ini sedang mendiskusikan mengenai konsep stand bazaar untuk acara tahunan sekolah.

Semua anak heboh menyuarakan pendapatnya. Namun Rama, ia hanya duduk memandangi teman-temannya yang sibuk mengangkat tangan, berbicara, dan hal lainnya. Menurut Rama, mereka semua justru malah membuat keributan.

Karena begitu banyak yang ingin menyampaikan pendapatnya, banyak yang saling bersahutan mengeluarkan suara yang toh intinya pun sama saja. Sang ketua kelas saja sampai kewalahan mengatur mereka yang berlaku tidak tertib.

Dengan satu geseran kursi yang suaranya menggema di ruang kelas dua belas bahasa satu ini, membuat seisi kelas terdiam seketika. Rama, dengan santainya berjalan ke depan lalu berkata, "Mending kalian tulis poin-poinnya di papan tulis, terus voting."

Singkat, padat, dan jelas.

Di lain sisi seorang perempuan tengah menatap takjub laki-laki di depan kelasnya saat ini, seraya menopang dagu dengan tangan mungilnya.

Rama dengan badan tegap berjalan meninggalkan ruang kelasnya, membawa sebuah buku sastra lama yang sudah seperti makanan sehari-harinya.

Menurutnya, Rama sangat menakjubkan.

Berlari kecil perempuan itu mengejar Rama. Tubuhnya yang tergolong kecil membuat langkahnya semakin pendek. Rambut kuncir kudanya bergerak ke kanan ke kiri seakan seirama dengan langkah buru-burunya. Napasnya menderu karena lelah, ia berhenti menopang tangannya pada kedua lututnya.

Setelah menarik napas panjang dan menghelanya, ia berdiri kemudian berteriak. "Rama!"

Sontak hal itu membuat Rama menoleh, perempuan itu memasang cengiran lebarnya dan melambaikan tangan ke arah Rama. Pun Rama berbalik arah dan berjalan ke arahnya.

Rama tersenyum simpul, kemudian berkata, "Mau ke perpus, Rima ikut?"


Bạn đang đọc truyện trên: TruyenTop.Vip