Epilog

Langit di atas Laut Rodenius dipenuhi badai abu dan kilauan aurora buatan yang aneh, hasil dari atmosfer yang rusak parah oleh radiasi nuklir. Di tengah lautan yang sunyi, sebuah benua raksasa perlahan muncul dari kedalaman waktu. Kekaisaran Ravernal, peradaban kuno yang menguasai teknologi super canggih, akhirnya kembali ke dunia setelah ribuan tahun.

Di atas menara tertinggi Imperial Capital Aetherion, Kaisar Ravernal berdiri dengan megah. Sosoknya yang tinggi dan anggun diselimuti jubah emas, sementara mahkotanya berkilau dengan cahaya kristal energi. Ia memandang dunia baru yang kini menjadi panggung ambisi mereka.

Namun, sesuatu terasa salah. "Mengapa tidak ada tanda peradaban besar? Mengapa dunia terasa mati?" Pikir Kaisar.

Setelah laporan awal menunjukkan tingginya kadar radiasi di seluruh dunia, Kaisar memerintahkan penyelidikan lebih lanjut. Ia mengutus Legiun Celestial, pasukan elit Ravernal, untuk menyelidiki asal mula kehancuran ini. Salah satu lokasi yang ditargetkan adalah sebuah daratan yang dipenuhi reruntuhan megah—wilayah yang dulunya dikenal sebagai Indonesia, lebih tepatnya Neo-Jakarta.

Puluhan kapal udara raksasa dengan desain seperti kristal terapung meluncur di atas laut yang rusak, melintasi badai radiasi dan sisa-sisa atmosfer yang terganggu. Para prajurit Ravernal, mengenakan baju perang putih bersih yang berkilauan dengan teknologi pelindung, berdiri siaga di atas dek kapal-kapal tersebut.

Ketika mereka tiba di wilayah yang dulunya dikenal sebagai Neo-Jakarta, pemandangan yang menyambut mereka adalah kehampaan absolut. Pulau-pulau yang dulu subur kini menjadi gurun abu. Sungai-sungai mengering, dan struktur bangunan yang tersisa tampak seperti tulang-belulang peradaban.

Mereka mendarat di tengah reruntuhan sebuah kota besar yang masih memancarkan aura kehancuran besar-besaran. Di kejauhan, terlihat kerangka bangunan yang menjulang seperti jarum patah—itu adalah sisa-sisa Monumen Nasional.

Tim investigasi mulai menyisir area tersebut, menggunakan teknologi pemindai yang mampu menembus tanah hingga ribuan meter. Mereka menemukan lapisan reruntuhan yang bertumpuk, tanda bahwa wilayah ini telah dihancurkan berkali-kali.

"Tuan, deteksi radiasi di sini luar biasa tinggi, bahkan melebihi skala yang pernah kita lihat sebelumnya." Lapor seorang ilmuwan.

Di bawah tanah, mereka menemukan sesuatu yang lebih mengejutkan: silo-silo nuklir yang telah meledak dari dalam. Dinding-dinding silo itu mencatat kisah tragisnya—lambang Garuda Pancasila yang terukir di permukaan, penuh dengan retakan akibat ledakan dahsyat.

Namun, ada sesuatu yang lebih aneh. Di beberapa reruntuhan, ditemukan patung-patung besar yang menggambarkan manusia dalam ekspresi kesakitan, tertanam di dinding akibat ledakan panas nuklir. Ini bukan sekadar kehancuran; ini adalah penghapusan total sebuah peradaban.

Kaisar Ravernal menerima laporan tersebut dengan wajah tanpa ekspresi, meskipun matanya memancarkan kekecewaan yang mendalam. "Jadi, ini yang terjadi pada dunia ini? Mereka menghancurkan diri mereka sendiri?" Tanyanya.

Salah satu penasihatnya, seorang ilmuwan bernama Arcanis, menjelaskan. "Teknologi nuklir seperti ini seharusnya tidak ada di dunia ini, namun mereka menguasainya dengan cara yang destruktif. Dunia ini adalah kuburan dari peradaban yang bahkan tidak pernah kita bayangkan."

"Dan siapa yang bertanggung jawab?" Kaisar bertanya dingin.

"Tuan, berdasarkan jejak yang ditemukan di wilayah yang disebut Neo-Jakarta, bangsa yang bernama Indonesia adalah salah satu pelaku utama. Mereka menciptakan konflik besar yang menyebabkan kehancuran total."

Kaisar berpikir sejenak sebelum akhirnya berbicara:
"Dunia ini tidak layak untuk ditaklukkan, tetapi ini tidak berarti kita akan berhenti. Jika tidak ada peradaban yang tersisa, maka kita akan membangun dunia baru dari abu mereka."

Ia memerintahkan pembangunan kota-kota baru di wilayah yang dianggap strategis, termasuk bekas pulau-pulau Indonesia. Namun, Kaisar juga menyimpan rasa penasaran yang mendalam tentang bagaimana sebuah bangsa mampu menghancurkan dunia dengan cara seperti ini.

Sementara itu, di Neo-Jakarta, tim investigasi menemukan sebuah ruang bawah tanah yang masih aktif. Pintu logam besar yang dipenuhi tulisan kuno dalam bahasa Indonesia terlihat seperti tidak pernah tersentuh. Setelah berhasil membukanya, mereka menemukan arsip digital yang menyimpan rekaman terakhir dari zaman kehancuran itu.

Di dalamnya terdapat rekaman suara seorang wanita. Suara itu penuh dengan emosi yang sulit diartikan—antara kegilaan, penyesalan, dan kesombongan.

"Manusia adalah makhluk fana yang menghancurkan diri mereka sendiri. Apa yang terjadi di sini adalah peringatan. Jangan ulangi kesalahan kami."

Suara itu diidentifikasi sebagai milik Presiden Anna Lynne, figur yang bertanggung jawab atas kehancuran dunia. Kaisar Ravernal, yang mendengarkan rekaman itu di istananya, hanya tersenyum kecil.

"Manusia memang menarik." Katanya sambil menatap cakrawala. "Mereka tidak butuh musuh untuk menghancurkan diri sendiri."

Matahari yang redup tergantung di langit penuh debu, sinarnya lemah menembus atmosfer yang tercemar. Neo-Jakarta, kini menjadi reruntuhan, adalah simbol kejatuhan sebuah peradaban besar. Reruntuhannya sunyi, tetapi penuh dengan bekas-bekas kemegahan yang tak terlupakan: jalanan yang tertutup abu, gedung-gedung roboh, dan patung-patung yang hancur menggambarkan kehancuran mendalam dari sebuah bangsa.

Namun, keheningan ini pecah oleh suara langkah kaki berat prajurit Kekaisaran Ravernal. Pasukan elite mereka menyisir wilayah ini untuk mencari petunjuk tentang sejarah dunia yang mereka temui—sebuah dunia yang hancur akibat perang nuklir.

Di tengah reruntuhan Neo-Jakarta, pasukan Ravernal berhenti mendadak. Di depan mereka, seorang wanita berdiri, tubuhnya kurus, rambut pirangnya berantakan, kulitnya tertutup debu dan luka kecil. Ia terlihat ketakutan, seolah baru bangkit dari kubur. Yang paling mengejutkan, ia tidak mengenakan apa-apa, tubuhnya telanjang, tetapi tidak memancarkan rasa malu—hanya rasa bingung dan takut yang mendalam.

"Siapa kau?" Teriak salah satu prajurit dalam bahasa Ravernal, senjata mereka diarahkan ke wanita itu.

Wanita itu gemetar. Ia merespons dengan suara serak dalam bahasa yang aneh bagi mereka, tetapi teknologi terjemahan Ravernal segera menangkap kata-katanya. "Aku... Anna. Tolong... jangan bunuh aku."

Nama itu membangkitkan rasa ingin tahu di antara para prajurit. Mereka pernah membaca nama itu dalam arsip yang mereka temukan di silo nuklir. Anna Lynne, figur yang disebut-sebut sebagai penyebab kehancuran dunia.

"Bawa dia ke Kaisar." Perintah komandan pasukan, matanya penuh curiga. "Jika dia benar-benar Anna Lynne, Kaisar harus melihat ini."

Di Imperial Throne Room, Kaisar Ravernal duduk di singgasananya yang berlapis kristal energi. Sosoknya megah, penuh otoritas, dengan aura yang memancarkan rasa hormat sekaligus ketakutan.

Prajurit-prajurit Ravernal membawa Anna masuk. Ia berjalan dengan langkah goyah, tatapannya kosong, seolah-olah jiwanya masih terjebak dalam masa lalu. Kini tubuhnya telah ditutupi jubah sederhana yang diberikan oleh prajurit. Namun, matanya yang biru cerah tetap menyimpan kilatan yang aneh, seperti bara api kecil yang terus menyala di tengah kehancuran.

Kaisar memandangnya dengan dingin. "Kau mengaku sebagai Anna?"

Anna menunduk, lalu berbicara dengan nada lirih. "Aku... tidak tahu. Tapi... itu nama yang kuingat. Aku terbangun di kegelapan... dan segalanya telah hancur."

Kaisar mengangkat satu alis. "Apakah kau tahu apa yang telah terjadi pada dunia ini?"

Anna menatap Kaisar dengan mata yang mulai basah. "Aku ingat... ledakan, cahaya yang menyilaukan... suara-suara orang berteriak... dan kemudian keheningan. Semua hilang. Tapi aku tidak tahu mengapa aku masih hidup."

Para ilmuwan Ravernal segera memeriksa Anna. Analisis awal menunjukkan bahwa tubuhnya terpapar radiasi tingkat tinggi, tetapi entah bagaimana ia bertahan. Tidak ada tanda-tanda penyakit akibat radiasi atau kerusakan genetik yang biasanya terjadi pada manusia yang terpapar.

"Ini mustahil." Bisik salah satu ilmuwan kepada Kaisar. "Tubuhnya seperti dimodifikasi untuk bertahan dalam kondisi yang ekstrem. Dia bukan manusia biasa."

Kaisar mendekati Anna. Ia mengamati wanita ini dengan tatapan yang lebih tajam, mencari jawaban di balik kebingungannya. "Apakah kau hanya korban, atau kau penyebab dari semua ini?"

Anna tidak menjawab. Namun, sebuah senyuman samar muncul di bibirnya, samar tapi penuh arti. "Kau pikir apa?"

Kaisar memutuskan untuk menahan Anna di bawah pengawasan ketat. Ia ingin tahu lebih banyak tentang wanita ini, apakah ia hanyalah korban dari kehancuran atau aktor utama dalam tragedi dunia ini.

Namun, di malam hari, seorang penjaga melaporkan sesuatu yang aneh. Anna sering berbicara sendiri, kata-katanya terdengar seperti teka-teki:
"Aku adalah penonton dan pelaku. Aku adalah korban dan algojo. Aku hidup karena dunia ini tidak bisa membunuhku."

Setelah mendengar laporan ini, Kaisar tersenyum kecil. "Dia adalah kunci." Katanya kepada para penasihatnya. "Jika dia benar-benar Anna Lynne, maka dia adalah hantu dari masa lalu yang dapat membantu kita memahami dunia ini. Dan mungkin, dia juga akan menjadi alat untuk membangun masa depan yang baru."

Di tengah reruntuhan dunia yang hancur, sosok Anna menjadi misteri besar bagi Kekaisaran Ravernal. Apakah dia benar-benar Anna Lynne yang menghancurkan dunia, ataukah dia hanyalah sisa dari eksperimen yang terlupakan?

Kaisar Ravernal, dengan segala kebijaksanaannya, melihat peluang di balik teka-teki ini. Dunia mungkin telah hancur, tetapi dari abu kehancuran itu, Ravernal akan bangkit sebagai penguasa baru. Dan Anna, entah sebagai kawan atau musuh, akan memainkan peran penting dalam kisah kebangkitan mereka.

..
....

Ratusan tahun telah berlalu sejak Kekaisaran Ravernal muncul kembali di dunia yang hancur akibat perang nuklir. Benua mereka, yang dahulu tertidur di balik dimensi waktu, kini menjadi pusat kekuasaan yang absolut. Teknologi canggih mereka telah membangun kembali peradaban, namun dengan tangan besi. Kota-kota megah berdiri di bawah panji Ravernal, sementara bangsa-bangsa lain yang tersisa hidup dalam bayang-bayang kehancuran, tunduk pada kekaisaran yang tak terkalahkan.

Namun, di balik kejayaan mereka, Ravernal menyimpan rahasia kelam. Bangsa Ravernal bukanlah manusia biasa. Mereka adalah ras manusia bersayap cahaya—penampilan mereka menyerupai malaikat dengan sayap berkilauan dan aura suci yang membuat mereka terlihat seperti dewa-dewa. Namun, di balik keindahan fisik itu, Ravernal adalah bangsa yang rasis dan arogan. Mereka memandang semua ras lain sebagai makhluk rendah yang tak layak untuk hidup sejajar dengan mereka.

Di balik kemegahan dan kejayaan Ravernal, ada sosok yang telah menjadi legenda hidup—Anna Lynne. Wanita misterius yang ditemukan di reruntuhan Neo-Jakarta itu kini telah menjadi sosok penting di dalam istana Kaisar. Tidak ada yang tahu bagaimana ia bisa mendaki tangga kekuasaan, tetapi semua mengakui bahwa kehadirannya membawa perubahan yang tak terduga.

Anna adalah satu-satunya manusia biasa yang diberi izin tinggal di ibu kota Ravernal. Awalnya, ia dipandang rendah oleh para bangsawan bersayap. Bagi mereka, kehadiran manusia tanpa sayap seperti Anna adalah penghinaan. Namun, kecerdasannya yang luar biasa dan kemampuannya berbicara dengan meyakinkan membuat Kaisar Ravernal ke-23 melihat potensi besar dalam dirinya. Ia diberi peran kecil sebagai penerjemah dan pengamat dunia yang hancur, tetapi dengan perlahan, ia menggunakan perannya untuk mendapatkan kepercayaan istana.

Penasihat lama Kaisar, seorang pria bijaksana bernama Zantherian, mulai merasakan ancaman dari kehadiran Anna. Namun, Anna bermain cerdas. Ia tidak menunjukkan permusuhan secara langsung, tetapi menaburkan benih kecurigaan di antara Kaisar dan Zantherian. Dengan memanfaatkan konflik internal, ia menyusun tuduhan palsu terhadap Zantherian—menuduhnya sebagai pengkhianat yang diam-diam mendukung pemberontakan rakyat di luar wilayah Ravernal.

Dalam satu malam yang mencekam, Zantherian ditangkap, diadili, dan dieksekusi di depan publik. Anna, dengan wajah penuh empati, meyakinkan keluarga Kaisar bahwa ia hanya menginginkan yang terbaik untuk kekaisaran. Dengan cepat, ia mengisi kekosongan kekuasaan yang ditinggalkan oleh Zantherian.

Anna tidak hanya memanipulasi Kaisar dan lingkaran dalam istana. Ia juga memainkan perannya dengan ahli di luar kekaisaran. Setiap kebijakan yang ia ajukan selalu dibalut dengan logika yang tak terbantahkan, tetapi di balik itu, ada agenda pribadi yang hanya ia ketahui.

Ia memanfaatkan teknologi Ravernal untuk menciptakan jaringan mata-mata yang tak terlihat. Kamera nano, drone tak kasatmata, dan agen sintetis semuanya bekerja untuknya. Tidak ada rahasia yang lolos dari pengawasannya, dan ia memastikan bahwa setiap ancaman terhadap posisinya diberantas sebelum menjadi masalah nyata.

Para bangsawan Ravernal yang bersayap terang awalnya memandang rendah kemampuannya. Mereka meremehkan manusia yang tak memiliki keindahan fisik seperti mereka. Namun, Anna membalikkan pandangan ini dengan cara kejam. Ia menjatuhkan musuh-musuhnya satu per satu, menciptakan kesan bahwa ia adalah satu-satunya manusia yang pantas berada di antara para "Malaikat."

Di bawah pengaruh Anna, Kekaisaran Ravernal menjadi semakin kejam. Ia meyakinkan Kaisar bahwa dunia memerlukan stabilitas absolut, dan stabilitas itu hanya bisa dicapai melalui kendali total. Setiap pemberontakan, sekecil apa pun, dihancurkan tanpa ampun. Kota-kota yang berani melawan dihancurkan oleh senjata energi, dan penduduknya dijadikan budak untuk memperkuat kekaisaran.

Namun, tidak ada yang berani menantang Anna. Setiap orang yang mencoba mengungkap rahasianya atau menentang kebijakannya selalu menghilang tanpa jejak. Bahkan keluarga Kaisar pun merasa takut kepadanya, meskipun mereka tidak memiliki bukti apa pun untuk menuduhnya.

Dalam waktu yang singkat, Anna menjadi legenda. Ia dikenal sebagai "Bayangan Kaisar." sosok yang selalu berada di sisi Kaisar tetapi tidak pernah menjadi pusat perhatian. Beberapa rakyat Ravernal memujanya sebagai dewi kebijaksanaan, sementara yang lain mengutuknya sebagai iblis yang menyamar sebagai manusia.

Namun, Anna tidak peduli. Ia tahu bahwa sejarah ditulis oleh pemenang, dan ia bertekad untuk tetap berada di puncak kekuasaan. Baginya, dunia ini adalah panggung, dan ia adalah aktris utamanya.

Pada suatu malam, Kaisar Ravernal ke-23 memanggil Anna ke ruang pribadinya. "Anna." Katanya dengan suara lembut tetapi penuh rasa ingin tahu. "Bagaimana kau bisa bertahan begitu lama? Bahkan aku, yang dilahirkan di tengah kekuasaan, merasa lelah dengan semua ini. Tapi kau... kau seolah tidak pernah berhenti."

Anna tersenyum, tatapannya penuh rahasia. "Yang Mulia." Katanya pelan. "Kehidupan ini hanyalah permainan. Dan aku? Aku hanya memainkan peranku dengan baik."

Kaisar terdiam, merasa bahwa ia telah berbicara dengan sosok yang lebih dari sekadar manusia. Dalam benaknya, ia bertanya-tanya: apakah Anna adalah penyelamat kekaisaran, ataukah ia adalah ancaman terbesar yang pernah mereka hadapi?

Namun, ia tahu satu hal: tanpa Anna, kekaisaran tidak akan pernah menjadi seperti sekarang.


THE END.

Halo semuanya, Ini Author. Karena Summoning Broken Garuda telah tamat, author ingin mengucapkan terimakasih banyak kepada yang telah membaca cerita dari ide iseng Author ini.

Author juga membuat cerita baru yang sudah di upload, Laksana Raja di Laut. Cerita ini bertema membangun negara dari nol dengan "Sistem". Namun sistem disini tidak seperti yang ada di cerita kebanyakan.

Penasaran? Silahkan baca Laksana Raja di Laut, terdapat di Wattpad dan Webnovel.

Ciaoo.

Bạn đang đọc truyện trên: TruyenTop.Vip