Clown On A Sunny Day






Hari-hari tidak sama lagi setelah mengetahui Jeannitte menghilang, kami tidak sedekat itu hingga berbicara setiap minggu, tapi aku mempercayai dirinya. kami sudah berada dalam team yang sama saat pelatihan bela diri, asosiasi milik ibu kami tentang hal-hal securiti dan pengawal untuk politikus ataupun miliader yang berada dalam kubu yang sama dengan keluaarga kami. kadang membuatku dan jeannette ikut turun dalam misi-misi yang tidak terlalu berat, hanya berdiri untuk mengawasi dan menghancurkan segala apapun yang menghalangi.

aku kira, saat kedua orang tua cezka meninggal, walau berat tapi mungkin kami bisa membuat hari-hari dengan bahagia, aku masih miliki harapan untuk jejeran orang-orang yang berdiri paling dekat denganku. 

kalian tidak perlu tahu bagaimana keadaan cezka setelah itu, seperti manusia yang bersisa cangkang, tampa ada roh ataupun emosi di dalamnya. syukur syukur bian dapat mengambil cuti panjang untuk menemani cezka lebih lama, aku tidak pernah membayangkan bagaimana cezka jjika tidak ada bian di sampingnya. 

Aleanata semakin menjadi pecandu alkohol, ya walau begitu dirinya masih tampak cantik menggoda kaum sebrang. beberapa kali aku mengunjunginya hanya untuk duduk di sebelahnya, menemaninya meneguk segelas minuman mahal di tanganya, mungkin jika beruntung akan ada pria tampan yang melayani kami berdua.

rachel sering kali mampir ke kediaman dazen, cezka, hanya untuk memasak ataupun memastikan rumah itu masih berorganisir dengan baik--tukang kebun, pembantu dll. cezka benar benar seperti bersisa cangkang, jadi butuh istirahat panjang. kalau di pikir-pikir, Jeannette, cezka dan Rachel memang dekat sejak dulu, kedekatanya berbeda seperti mereka bersaudara, kerap bertengkar karena hal sepele. 

aku? aku sekarang sedang duduk, dalam kursi kerja bewarna putih dengan interior barang sekitarku bewarna cerah yang senada. kalian harus lihat pojok ruangan, kursi dan meja nya bewarna hitam, di beri cipratan warna emas dan hiijau emerlad, siapa lagi selain milik jeannette? dulu kami kadang duduk di kursi kami masing-masing sambil memandangi pemandangan indah dari kursi kami, kaca tebal yang menjadi tembok jendela ruangan kami sangat indah, dilapisi teknologi sehingga kami bisa mengatur kecerahanya yang masuk. 

jariku mengetuk-ngetuk ke permukaan meja dengan intonasi yang beruntun, sama jeda sekaligus temponya. aku melakukan ini sejak telfon masuk ke mejaku, kelompok black beast yang turun menangangi kasus jeannette mendapat informasi baru dan mereka hendak menghadapku untuk memberikan informasinya. 

aku bertanya apakah itu kabar baik atau buruk, jika baik aku akan menghela nafas dan menunggu mereka dengan antusias, dan jika itu kabar buruk....mungkin aku akan mengambil air untuk meneguknya banyak-banyak, memastikan tubuhku tidak sebgitu lemah agar tidak pingsan di tempat saat mendengaranya. 

yah tapi si, Samuel malah menyebutkan bahwa lebih baik aku mendengarnya langsung dan memustukan apakah itu kabar baik atau buruk. sialan. 

panjang umur, tidak lama aku mengutukinya, pintu ruangan di ketuk perlahan, bayang bayang manusia sebanyak 5 orang terlihat di balik pintu kaca geserku, berdiri menungguku mempersilahkanya masuk. 

Nancy, seorang resepsionis lantai ini masuk terlebih dahulu sebelum aku menjawab ketukan itu dengan suara. perempuan dengan dress merah maroon milik zara ini mengantar lima orang dari kelompok blackbeast menghadapku, setelah itu ia bertanya kepadaku apakah aku membutuhkan hal lain atau tidak. sebenearnya tidak, tapi sepertinya aku perlu air untuk jaga-jaga jika informasi yang mereka bawakan terlalu buruk untuku. 

kelompok ini dulunya adik adik anggota yang gemar di latih oleh jeannette, di sayang olehnya. beberapa kali juga dalam misi mengawal dubes negara timur, jeannette menunjuk kelompok blackbeast untuk mengikuti misi kami, katanya biar anak anak ini mendapat pengalaman. aku angkat tangan, tidak peduli dengan adik adik ini. 

berbeda dengan jeannette yang menghabiskan seluruh hidupnya di dunia seperti ini, aku lebih senang kabur untuk menjalani kehidupanku yang satunya, menjadi seorang tim marketing dari perusahaan kontruksi milik ayahku. kehidupan wanita karier yang normal, memakai kemeja dan rok cantik, menenteng tas dior ataupun charless and keith, mampir ke caffe untuk memesan coffe. 

"siang, kak" sapa sam membuka percakapan, dia dan teman temanya menggunakan pakaian casual. tidak terlihat orang orang santai sih, soalnya wajah dan tubuh mereka di penuhi luka goresan atau luka berat sehingga perlu di balut kassa. 

jantungku berdetak tidak karuan, menebak nebak apa yang akan mereka sampaikan. "iya, siang" balasku singkat dengan senyum tipis. 

Wajah sam menoleh pada satu-satunya perempuan di team nya, berdiri di sebelahnya, mereka melempar pandangan kode sesuatu sebelum akhirnya yang perempuan menganguk dan menunjukan apa yang ia sembunyikan dari belakang tubuhnya, perempuan ini membawa sebuah amplop coklat besar yang segera ia taruh dengan sopan ke hadapanku. 

kali ini aku yang saling menatap dengan samuel. "apa ini?" tanyaku ketus

Sam menarik nafasnya dalam-dalam, "pelacakan mobil yang kakak sarankan sudah kami lakukan, anehnya mobil yang biasa kak jeannette pakai tidak terdetec dimanapun pada hari terakhir beliau terlihat, dan tampa sengaja kami melihatnya masih terparkir di gedung ini sebelum hari kematian nyonya besar dazen."

alisku menyeringit, kejutan yang pertama, mobil yang mengantar jeannette menuju misinya ternyata malah masih terpakir di gedung asosiasi ini. "lanjutkan"

Sam maju selangkah untuk membuka dokumen coklat yang masih aku anggurkan sejak tadi. "kak jeannette kerumah duka menaiki kendaraan umum, dan mobil yang ia naiki setelah dari rumah duka adalah bukan mobilnya walau jenis dan platnya sama persis oleh miliknya, bahkan supir keluarga b.brown juga terlihat hadir disana di depan mobilnya. ini aku selidiki cctv rumah keluarga dazen dan mendapat kejadian seperti ini" katanya menunjukan segala bentuk foto di depanku. 

masih dengan ekpresi terkejut aku kembali bertanya, "jadi pencarian jeannette di misi terkahirnya itu sia-sia? jadi penculikanya itu saat--di rumah duka?....... hari pemakaman mama cezka?"

aku benar-benar menghentikan nafasku, tidak mungkin, sebelum ia menaiki mobil itu aku benar-benar berbincang denganya, bagaimana bisa itu terjadi?

Sam menganguk setelah menarik nafasnya panjang-panjang. "'mobil yang membawanya hilang setelah keluar dari toll daerah barat, menuju pelabuhan."

kali ini aku mengigit bibir bawahku ketika mendengar kata pelabuhan. tidak..ku mohon jangan sampai keluar dari negara atau itu akan menjadi sulit, dimanapun itu tolong masih berada di dalam negri hingga aku mudah mengerakan koneksiku untuk mencarinya.

"pelabuhan mana?"tanyaku, 

"pelabuhan Marina, dermaga tiga. selepas itu hilang sama sekali jejaknya.." sam mengatakan hal ini dengan pelan. 

air mataku benar-benar tumpah tampa aku bisa kendalikan, bibirku terbuka lebar menghela nafas dalam-dalam, rasa frustasi miliku yang tertahan beberapa minggu ini akhirnya meledak tidak terkendali, rasanya pusing hingga aku ingin menangis menjerit apapun itu, aku benar-benar marah. 

mengapa menemukan jeannette begitu sulit?! 

selalu dan selalu ketika kami mendekat satu langkah, jeannette seolah di buat menghilang tiga langkah kebelakang. selalu begini, selalu hingga rasanya aku benar-benar siap untuk menarik syaraf bajingan itu satu persatu dari tubuhnya, seperti memutus kabel kabel pada robot dan membuat darahnya mencuat kemana mana. 

tapi, bajingan mana yang kurang ajar berani membuatku pusing seperti ini?!

tanganku tampa sadar menarik rambut depanku untuk menahan jeritanku yang akan lepas dengan buas, cukup air mata yang tidak bisa di kontrol, jangan sampai aku benar benar menjerit dan menggila disini, di depan mereka.

"laporan di terima" ujarku dengan suara bergetar, tubuhku menyender pada pungung kursi untuk membuatku rileks.

Sam masiih berdiri ditempatnya, dia dan team nya salingg pandang seperti hendak menyampaikan sesuatu lagi, karena aku tidak sabar jadi ku pelototi mereka untuk segera bilang dan pergi dari sini. 

"kami di berhentikan dari misi ini, kakakpun begitu. misi ini akan di tindak lanjut oleh ibu Leah bonnie brown, sedengar kami team atas akan di gerakan semua." 

ah...sial. 

sial sial sial sialan.

wajahku menatap mereka dengan lesu, "iya, kalian bisa beristirahat. kalian cukup baik dalam misi ini, jeannette akan senang. "lirihku, berusaha untuk tidak membuat mereka merasa sakit hati atas keputusan atas. 

yang perempuan menggeleng, "sekarang tugas kami, jadi pengawal kakak."

lelucon apa lagi ini. tolong hentikan. 

dengan mata yang sayu, aku menatap perempuan itu dengan datar, mungkin dengan eyebag yang jelas dan mata yang basah akibat air mataku masih belum bisa berhenti mengalir. "kenapa aku? siapa yang kasih perintah?"

perempuan itu menjawab lagi dengan ragu-ragu, "ditemuin cairan pemberhenti jantung di minuman kakak kemarin, yang kakak buang."

Sam menambahkan, "ini utusan, ayah kakak."

iya, culik saja aku biar bisa tahu jeannette dimana dan menyuruhnya pulang, cezka membutuhkanya. 



______



































Bạn đang đọc truyện trên: TruyenTop.Vip